Rabu, 09 November 2016

AKU, MAKALAH, DAN RUPIAH


Burung itupun kembali mengepakkan sayap di dunia baru. Dan hari itu adalah hari pertamaku menjajaki sebuah bangunan yang masih asing dan tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya dapat menginjakkan kaki di tempat itu, tempat yang mungkin sebagian remaja yang baru lulus SMA dengan bangga dan tak ragu untuk berada di sana.

Empat tahun berada di pondok pesantren Al falah Puteri Kota Banjarbaru dan akhirnya mengharuskanku untuk menimba ilmu ke perguruan tinggi karena permintaan orangtuaku. Keadaan ekonomi menengah ke bawah membuatku tak pernah berpikir untuk melanjutkan studiku. Cukup hanya sampai di sini. Namun orangtuaku tak pernah berhenti dan penuh harap terus membujukku.

Latar belakang pendidikan orangtuaku hanyalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Mereka berpikir kalau mereka tak bisa sekolah sampai tingkat tinggi, setidaknya akulah yang dapat melanjutkan cita-cita mereka. Latar belakang pendidikan mereka ini jualah yang mendasari mereka tak tahu bagaimana biaya kuliah itu sebenarnya, tidak cukup hanya untuk biaya masuk yang harus mereka persiapkan.

Akupun sama sekali asing dan tak tahu bagaimana itu kuliah. Pertama kali pembelajaran, dosen-dosen sudah menyuguhkan tugas membuat makalah. Kalian tahu makalah?. Hmmm.. Aku masih tabu dan layak untuk membisu.

Tak ingin mengecewakan orangtuaku yang sangat menaruh harapan banyak atas kuliaku, akupun terus berusaha keras membuat makalah, apalah itu!
Makalah yaitu suatu benda berbentuk persegi panjang yang tersusun dari beberapa kertas yang bertuliskan sejuta kata yang diambil dari beberapa buku dengan topik tertentu yang telah ditentukan oleh sang dosen, yang kemudian kata-kata itu disusun dengan cara diketik di dalam komputer, dan dikeluarkan dari komputer melalui benda yang bernama printer, setelah itu kertas-kertas disatukan dengan sampul yang dikata orang dijilid. Ya begitulah kira-kira arti makalah!

Bentuk persegi panjang tak masalah bagi saya, sepanjang kata-kata dan sebanyak buku apapun itu masih bisa didapat di perpusatakaan, juga tak jadi masalah. Komputer dan printer, itulah yang jadi topik masalah saya. Masalahnya saya tak punya? Itu pasti. Tapi yang lebih pasti saya tak tahu pasti pula bagaimana menggunakan 2 benda itu.

Seringkali makalah dikerjakan secara berkelompok. Oke lah masih bisa dikerjakan berkelompok, berharap bisa lepas tangan dengan teman yang ahli. Ahli dari yang tidak ahli. Wajarlah kalau semester satu sulit menemukan orang yang sudah ahli membuat makalah (masa-masa tahun 2009). Terlepas dari itu semua, kami berduyun-duyun ke warnet, kemudian mengetik dengan biaya hitungan perjam, kemudian memprint, dan mengcopy, semuanya tak terlepas dari biaya.

Wah bagaimana ini, uang saya hanya dengan batas 5.000 perhari. Sedangkan pembuatan makalah tidak hanya satu atau dua setiap minggunya untuk dikerjakan. Oke lah saya tahan buat gak jajan setiap hari kuliah, demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah buat makalah.
Satu semester berlalu, dan terbiasa melahap makalah membuat saya sudah bisa mengerjakan makalah. Masih sering ke warnet tapi biaya lebih irit, karena sudah menyusun teknik tertentu berdasarkan pengalaman telah lalu. Awal kuliah yang tidak mengerti makalah membuat kami berjam-jam di warnet, bahkan bisa beberapa kali untuk meneruskan satu makalah yang tak kunjung selesai.

Hari ini satu kali ke warnet sudah bisa menyelesaikannya. Buku sebelumnya di resume terlebih dahulu, dan ketikanpun semakin cepat selesai karena sudah mulai mahirnya tangan ini beradu dengan key-pad komputer.

Semester terus berjalan, dan makalah pun tetap ikut berlanjut. Kemahiran saya dalam membuat makalah ternyata bisa membuat saya bisa jajan kembali di hari-hari menikmati kuliah. Masih sama dengan semester sebelumnya saya belum mempunyai laptop buat bisa mengetik sendiri tanpa mengeluarkan pundi-pundi rupiah, tapi entah datang darimana inisiatif teman-teman saya yang lagi sibuk, entah sibuk dengan tugas makalah lainnya, atau sibuk dengan pekerjaan sampingannya, ataupun sibuk dengan kemalasannya, akhirnya tuugas-tugas mereka mengarah kepada saya.

Laptop gratis ditambah dengan rupiah yang melimpah, membuat saya tergiur untuk melakukan itu. Itu apa? Itu membuatkan makalah teman-teman saya. Dengan laptop yang mereka punya  dan dipinjamkan kepada saya untuk membuatkan tugas mereka, saya pun bisa sekalian membuat tugas kelmpok saya sendiri, sehingga saya terhindar kembali dengan biaya memprint dan mengcopy. Setelah berhasil membuatkan teman saya makalah, laptop dikembalikan dan uangpun dihasilkan. Terserah mereka sih mau bayar berapa, yang penting cukup buat bensin saya pulang pergi kampus-rumah, buat menutupi biaya tugas makalah, dan bisa jajan-jajan dikit lah. Alhamdulillah

Horee ternyata ada besiswa, wah wah bisa dipakai buat bayar biaya tiap semester dan disishkan buat membeli laptop nih. Oke saya ikut. Alhamdulillah tiap tahunnya bisa dapat, walau belum sepenuhnya bisa menutupi semua biaya kuliah.

Menerima jasa pembuatan makalah masih berlanjut hingga 5 semester ku lalui. Ya akhirnya bisa beli laptop sendiri,  walau kecil (NoteBok). Dalam satu semester bisa 10 makalah kali yah aku mengerjakan punya teman-temanku. Orangtuaku tak tahu dengan kerjaanku itu dan karena mereka tak perlu tahu, mereka pun tak tahu apa itu makalah, selama kuliah ku harus membuat makalah dengan biaya rupiah, mereka hanya mengira cukup biaya masuk kuliah dan hanya bayaran di setiap semesternya. Oke lah tak apa-apa, toh meskipun mereka tak tahu tapi tetap saja do’a mereka membuatku bisa happy melakukannya & selalu saja ada rejeki buatku.

(udah dulu yah, tiba-tiba saya lapar..)